Selasa, 30 September 2014

Tugas4

Pertanyaan
Jelaskan konsep-konsep berikut berserta aplikasinya dimasa Rasulullah SAW.
Al Musawah, al Ta’awun, al ’adalah, al ikha, al tasamuh, al tasyawur.
Jawab
·    Al-Ikha(Persaudaraan)
Awalnya Rasulullah SAW membangun ikatan persaudaraan antara orang-orang muslim Makkah. Hal ini terjadi sebelum hijrah dan diadakan atas dasar kesetiaan terhadap kebenaran dan saling tolong-menolong. Contohnya saja Rasulullah menetapkan ikatan persaudaraan antara Abu Bakar dan Umar, Thalhah dan Zubari, dan antara Abdurrahman bin Auf dan Usman. Pemersatuan umat antara Muhajirin (Makkah) dan Anshar (Madinah) menjadi contoh yang berikutnya di zaman Rasulullah. Dan tentunya inilah yang menjadi kebangkitan Islam melalui persaudaraan tanpa memandang suku atau jabatan
·    Al-Tasamuh(Toleransi)
Prinsip toleransi yang diajarkan Islam adalah membiarkan umat lain untuk beribadah dan berhari raya tanpa mengusik mereka. Hal yang lain ialah tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua dan saudara non muslim serta diperbolehkan memberi hadiah pada non muslim.
·    Al-’Adalah(Keadilan)
Keadilan Rasulullah SAW dalam memimpin telah dicatat sebagai untaian butiran mutiara sejarah. Rasulullah SAW tidak pandang bulu dalam menerapkan hukum dan menegakkan keadilan. Ketika seorang wanita kaya dan keturanan bangsawan mencuri dengan tegas diputuskan, wanita itu dihukum potong tangan. Bahkan ketika keluarga kerabat wanita itu meminta tolong Usamah bin Zaid, seorang diantara sahabat yang paling dicintai Rasulullah SAW. untuk memohon keringanan hukuman, beliau pun marah. Bahkan beliau sendiri pun pernah meminta Qishas  dari para sahabatnya yang selama beliau memimpin pernah disakiti.

·    Al-Ta’awun(Tolong-menolong)
Tolong-menolong dalam hal ini ialah tolong-menolong dalam kebaikan bukan tolong menolong dalam keburukan. Sebagaimana diisyaratkan dalam surah al-Maidah ayat 2 berikut:
 
2. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Konsep ini bisa diartikan bertemunya individu dengan jenis kemampuan dan keahlian berbeda untuk saling bekerja sama membantu mencapai tujuan yang ingin di wujudkaan. Hal ini juga pernah dicontohkan Rasulullah SAW mana kala beliau hendak pergi ke pasar untuk membeli pakaian dengan membawa uang seharga 8 dirham akan tetapi uang tersebut ia relakan untuk menolong orang lain yang kesusahan.
·    Al-Tasyawur(Musyawarah)
Dalam tafsir Almaraghi disebutkan bahwa orang yang berhak untuk mengikuti musyawarah adalah orang yang berlaku adil dan mempunyai ilmu. Mampu menguasai materi dan memiliki peran serta dalam musyawarah tersebut. Contoh musyawarah yang dilakukan Rasulullah ialah saat terjadinya perang khandaq. Sebuah musyawarah terjadi antara Rasulullah dengan para sahabat. Seorang pemuda bernama Salman al-Farisi memberikan usulan untuk membuat parit. Maka usulan tersebut disetujui dan memerintahkan untuk menggali parit di sekeliling Madinah dan Rasulullah sendiri ikut bersama menggalinya untuk meningkatkan semangat kaum muslimin.
·    Al-Musawah
Islam menganggap semua manusia sama, tidak ada perbedaan satu sama lain dengan sebab ras, warna kulit, atau bahasa. Mereka termasuk keluarga dan dating dari keturunan yang satu. Contoh paling jelas ialah ketika Rasul diberi budak bernama Zaid oleh istri beliau (Khadijah). Beliau memperlakukan Zaid seperti anaknya sendiri. Jadi jelaslah bahwa tidak adanya perbedaan diantara kaum muslimin melainkan tingkat ketakwaan yang dimiliki masing-masing dari pada mereka.

Sabtu, 27 September 2014

PENULISAN EJAAN DAN TANDA BACA

I. Konsepsi Ejaan
EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan
dan pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan
bahasa.Pengertian senada dengan KBBI (2005:205), Ejaan adalah kaidahkaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi dalammbnetuk hurufserta
penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Berdasrkan konsepsiejaan
tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan
(1) Pemakian huruf vokal dan konsonan,
(2) Penggunaan huruf kapital dan kursif,
(3) Penulisan kosakata dan bentukan kata,
(4) Penulisan unsur serapan afiksasi dan kosakata asing, dan
(5) Penempatan dan pemakaian tanda baca.
Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalamkaidah ejaan yang disebut Ejaan yang
Disempurnakan sejak1972.
II. Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan
Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dan
tanda baca diatur dalamkaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang
diatur tersebut di antaranya
(1) Pemakaian abjad,huruf vocal, huruf konsonan, dan abjad.
(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar,
(4) Penulisan huruf miring,
(5) Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan,, gabungan kata,
 (6) Penulisan angka dan lambang bilangan,
(7) Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya
(a) Tandatitik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik dua (:),
(d) Tanda titik koma (;)
(e) Tanda titiktitik/ellipsis(….),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((….)),
(i) Tanda hubung (-),
(j) Tanda pisah (--),
(k) Tanda petik tunggal (‘…’),
(l) Tanda petik ganda (“…”),
(m) Tanda kurung siku ([…]),
(n) Tanda ulang angka dua (…..2),
(p) Tanda apostrof (‘….)
Tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang
berlaku secara resmi. Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman
EYD.
Ketiga ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta
melalui pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia.
C. Penempatan Ejaan dan Tanda Baca
Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan (disingkat Pedoman
EYD) penulisan ejaan dan tanda baca diatur dalam kaidahnya sebagai
berikut.
(1) Pemakaian abjad berupa huruf vokal, huruf konsonan,
(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar (kapital)
(4) Penulisan huruf miring atau digarisbawahi (kursif),
(5) Penulisan kata dasar,kata ulang, kata berimbuhan, dan gabungan kata,
 (6) Penulisan angka dan lambang bilangan, dan
(7) Penempatan tanda baca (pungtuasi), di antaranya
(a) Tanda titik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik koma (;),
(d) Tandatitik dua (:),
(e) Tanda titik-titik/ellipsis (…),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((…)),
(i) Tanda kurung siku ([…]),
(j) Tanda hubung (-),
(k) Tanda pisah (--),
(l) Tanda petik tunggal (‘…’),
(m)Tanda petik ganda (“…”),
(n) Tanda garis miring (/),
(o) Tanda ulang angka dua (2), dan
(p) Tanda apostrof/penyingkat (‘).
Ke-16 penempatan tanda baca tersebut dideskrisikan sebagai berikut dari buku PedomanEYD (Pusat Bahasa, 2009, cetakan ke-30: hlm. 15—39).

RAGAM DAN LARAS BAHASA

1. PENDAHULUAN
Ketika bahasa itu berada pada tataran fungsi bahasa ekspresi diri dan fungsi
bahasa komunikasi, bahasa yang digunakan masuk ke dalam ragam bahasa
dan laras bahasa. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk
karena pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan
media yang digunakan topik pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak
lain, laras bahasa dimaksudnya kesesuaian antara bahasa dan fungsi
pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan dalam laras
bahasa dari pada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara
ragam bahasa dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek
komunikasi bahasa. Laras bahasa apa pun akan memanfaatkan ragam
bahasanya. Misalnya, laras bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.
2. RAGAM BAHASA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan variasi
bahasa menurut pemakaiannya, topic yang dibicarakan hubungan pembicara
dan teman bicara, dan medium pembicaraannya. (2005:920). Pengertian
ragam bahasa ini dalam berkomunikasi perlu memperhatikan aspek (1) situasi
yang dihadapi, (2) permasalahan yang hendak disampaikan, (3) latar
belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan (4) medium atau sarana
bahasa yang digunakan. Keempat aspek dalam ragam bahasa tersebut lebih
mengutamakan aspek situasi yang dihadapi dan aspek medium bahasa yang
digunakan dibandingkan kedua aspek yang lain.
2.1. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaianannya
Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian,
yaitu ragam bahasa formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa
nonformal. Setiap ragam bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai
jenis laras bahasa diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Misalnya,
ragam bahsa lisan diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal,
atau nonformal. Begitu juga laras bahasa manjemen diidentifikasikan sebagi
ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal. Ragam bahasa formal
memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya menjadi resmi.
1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kaku
tetapi tetap lebih luwes dan dimungkinkan ada perubahan kosa kata
dan istilah dengan benar.
2. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit.
3. Penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak disingkat.
4. Penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten
5. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang
baku pada ragam bahasa lisan.
Berdasarkan kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragam
formal, ragam semiformal, dan ragam nonformal diamati dari hal berikut:
1. Pokok masalah yang sedang dibahas,
2. Hubungan antara pembicara dan pendengar,
3. Medium bahasa yang digunakan lisan atau tulis,
4. Area atau lingkungan pembicaraan terjadi, dan
5. Situasi ketika pembicaraan berlangsung.
Kelima pembedaan ragam baasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara
ragam bahasa formal dan ragam bahasa nonformal yang paling mencolok
adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan kata sapaan dankata ganti,misalnya:
Saya dan gue/ogut
Anda dan lu/situ/ente
2. Penggunaan imbuhan (afiksasi), awalan (prefix), akhiran (sufiks),
gabungan awalan dan akhiran (simulfiks), dan imbuhan terpisah
(konfiks). Misalnya:
Awalan: menyapa – apaan
Mengopi – ngopi
Akhiran: laporan – laporin
Marahi – marahin
Simulfiks: menemukan------nemuin
Menyerahkan-----nyerahin
Konfiks: Kesalaha-----------nyalahin
Pembetulan-------betulin
(4) Penggunaan unsure fatik (persuasi) lebih sering muncul dalam ragam
bahasa nonformal, seperti sih, deh, dong,kok,lho, ya kale, gitu ya.
(5) Penghilangan unsure atau fungsi kalimat (S-P-O-Pel-Ket) dalam ragam
bahasa nonformal yang menganggu penyampaian suatu
pesan.Misalnya,
Penghilangan subjek: Kepada hadirin harap brdiri.
Penghilangan predkat: Laporan itu untuk pimpinan.
Penghilangan objek : RCTI melaporkan dariMedan.
Penghilangan pelengkap: Mereka berdiskusi dilantai II.
2.2. Ragam bahasa berdasarkan mediumnya
Berdasarkan mediumnya ragambahasa terdiriatas dua ragambahasa,yaitu
8
(1) ragam bahasa lisan
(2) ragam bahasa tulis.
Ragambahasa lisan adalah bahasa yang dilafalkan langsung oleh
penuturnya kepada pendengar atau teman bicaranya. Ragam bahasa lisan
ini ditentukan oleh intonasi dalam pemahaman maknanya. Misalnya,
(a)mKucing/ makan tikus mati.
(b) Kucing makan//tikus mati.
(c) Kucing makan tikus/mati.
Ragam bahasa tulis adalah ragambahasa yang ditulis atau dicetak dengan
memerhatikan penempatan tanda baca dan ejaan secara benar.
Ragambahasa tulis dapat bersifat formal,semiformal, dan nonformal. Dalam
penulisan makalah seminar dan skripsi,penulis harus menggunakan
ragambahasa formal sedangkan ragam bahasa semiformal digunakan
dalamperkuliahan dan ragam bahasa nonformal digunakan keseharian secara
informal. Berikut ini didesjripsikan perbedaan dan persamaan antara bahasa
lisan dan bahasa tulius dalam bentuk bagan
Penggunaan ragambahasa dan laras bahasa dalampenulisan
karangan ilmiah harus berupaya pada
(1) ragam bahasa formal,
(2) ragam bahasa tulis,
(3) ragam bahasa lisan ,
(4) laras bahasa ilmiah, dan
(5) berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3. LARAS BAHASA
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya.
Laras bahasa terkait langsung sung dengan selingkung bidang (home style)
dan keilmuan, sehingga dikenallah laras bahasa ilmiah dengan bagian subsublarasnya.
Pembedaan diantara sub-sublaras bahasa seperti dalamlaras
ilmiah itu dapat diamati dari
(1) penggunaan kosakata dan bentukan kata,
(2) penyusunan frasa,klausa, dan kalimat,
(3) penggunaan istilah
(4)pembentukan paragraph,
(5) penampilan halteknis,
(6) penampilan kekhasan dalam wacana.
Berdasrkan konsepsi laras bahasa tersebut,laras bahasa ekonomi
mempunyai sub-sublaras bahasa manajemen, sublaras akuntansi,sublaras
asuransi, sublaras perpajakan, dll.

Selasa, 23 September 2014

Tugas3

Pertanyaan
Pelajaran apa saja yang dapat kita petik dari sejarah masa Khulafaurrasyidin?
Jawab
·    Ketakwaannya.
    Para Khulafaurrasyidin adalah sebagai sosok muslim yang paling takut kepada Allah SWT. Ketaqwannya kepada Allah SWT tidak dapat diragukan lagi. Mereka sebagai contoh kaum muslimin dalam menjalankan syariat Islam. Mereka adalah manusia yang paling dekat kepada Allah SWT paling rajin beribadah , dan orang yang paling takut berbuat maksiat kepada Allah swt serta orang yang paling lembut hatinya ketika dinasehati, tetapi paling keras dalam mempertahankan prinsip.
·    Kesederhanaannya.
Para Khulafaurrasyidin kehidupan sehari-harinya sebagaimana kebanyakan manusia kaum muslimin pada umumnya. Pakaian makanan , rumah dan gaya kehidupannya tidak berbeda dengan kaum muslimin pada umumnya. Sehingga waktu utusan raja Romawi ingin bertemu dengan khalifah Umar, ia sendiri sedang mengaduk semen. Rumah khalifah Umar binKhatab yang tidak berbeda dengan rumah penduduk pada umumnya.
·    Aspiratif (Suka menerima sumbangsaran dan masukan)
Suatu hari ketika Khalifah Umar sedang berceramah dihadapan umat dan memberi tausyiyahnya ,tiba-tiba seorang rakyat jelata mengatakan kepada Khalifah Umar: Aku akan meluruskan dengan pedang ini jika engkau menyimpang . Dengan senyum Khalifah Umar menjawab : Alhamdulillah,masih ada kaum muslimin yang bersedia meluruskan Umar. Umar juga pernah meminta pendapat dari seorang ibu tentang berapa lama sebaiknya ada pergiliran tugas bagi tentara muslim. Oleh ibu tersebut dijawab 4 bulan. Umar akhirnya mengambil keputusan dari masukan seorang ibu tersebut.
·    Menghormati hukum.
Khalifah Ali pernah kalah di pengadilan dalam perkara tuntutan atas hak pakaian perangnya yang hilang dan ditemukan oleh seorang Yahudi. Hakim menolak klaim khalifah Ali karena hanya mendatangkan saksi anaknya, Hasan. Karena keadilan tersebut orang Yahudi itu masuk Islam dan mengaku bahwa ia menemukan pakaian perang itu di tempat umum. Tetapi khalifahAli enggan menerimanya karena ia sudah kalah di pengadilan.
·    Menegakan hukum tanpa pandang bulu dan berprilaku  adil
Khalifah Umar pernah menghukum anak Amru bin Ash yang memukul orang Qibty (warga asli Mesir beragama Nasrani) karena kalah balapan pacuan kuda. Karena tidak terima dipukul anak Gubernur Mesir itu, ia melapor  ke Umar. Khalifah Umar memanggil Amru bin Ash, gubernur Mesir dan anaknya .Setelah dihadapannya Khalifah Umar mengatakan:Apakah kalian akan memperbudak mereka sedangkan mereka dilahirkan dalam keadaaan merdeka?
·    Mengutamakan kepentingan Umum
Umar bin Khatab mengatakan kepada para sahabatnya yang mengusulkan agar Abdullah bin Umar diangkat sebagai hakim: Demi Allah, Abdullah bin Umar tidak akan menjadi pejabat selama Umar masih hidup.

Selasa, 16 September 2014

Tugas2

Faktor-faktor apa yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW dapat disebut sebagai “Super Social Worker” (Pekerja Sosial Agung)?
Jawab
·    Kesabaran dan bijaknya beliau dalam bersikap
Hal ini terlihat dari peristiwa Nabi saat hijrah ke Thaif Nabi Muhammad SAW untuk berlindung ke Thaif, dengan harapan masyarakat Thaif berkenan mendengar dakwah Islam. Dan perjalanan ke Thaif ini sebenarnya tidaklah mudah, mengingat sulitnya jalan yang disebabkan gunung-gunung yang tinggi yang mengelilinginya Akhirnya Beliau sampai di Thaif  bersama Zaid bin Tsabit. Akan tetapi, setiap kesulitan itu menjadi mudah bila berada di jalan Allah. Selama sepuluh hari tinggal di Thaif Nabi menyampaikan seruan tauhid meskipun ada yang mau menerima dakwah Islam, akan tetapi penduduk Thaif justru banyak yang menolak beliau dengan penolakan yang lebih buruk.
Mereka menyuruh anak-anak kecil untuk melempari beliau dengan batu, sehingga kedua tumit beliau berdarah. Akhirnya, beliau kembali melalui jalan semula menuju Makkah dalam keadaan sedih dan susah. Lalu Jibril bersama malaikat gunung menghampirinya. Jibril memanggil beliau dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah mengutus kepadamu malaikat gunung untuk kamu suruh sesuai keinginanmu”. Setelah itu malaikat gunung berkata: “Hai Muhammad, jika kamu mau, aku akan meruntuhkan kedua benda keras ini (maksudnya, dua gunung yang mengelilingi Makkah) di atas mereka”. Nabi menjawab: “Justru saya mengharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan mereka, orang yang mau menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya”.
·    Kemuliaan akhlaq beliau yang didasarkan kepada ajaran Allah yang dibawanya.
·    Beliau dilengkapi dengan kecakapan-kecakapan tertentu seperti dari segi sosial, politik, ekonomi maupun dalam segi kehidupan beragama.
·    Beliau telah memberikan contoh teladan yang luar biasa bagi manusia dalam segala kehidupan dan berlaku sepanjang masa.
·    Beliau memiliki rasa toleransi yang begitu luar biasa.
·    Beliau merupakan sosok pemimpin yang didamba
·    Beliau sangat memperhatikan masalah pendidikan
·    Dalam menyampaikan dakwah beliau menggunakan cara damai tanpa kekerasan
·    Kecerdasan dalam berbagai hal
Dari semua hal diatas maka pantaslah kiranya Nabi Muhammad SAW dapat disebut sebagai Pekerja Sosial Agung karena berbagi aspek mengenia Pekerja Sosial telah ada dan melekat pada diri Nabi Muhammad SAW

Selasa, 09 September 2014

Tugas1

Tempo hari kami mendapatkan tugas dari dosen untuk menjawab pertanyaan mengenai “Apa saja masalah sosial yang ada disekitar anda, dan bandingkan dengan masalah soial di tanah Arab ketika Nabi Muhammad SAW. masih mendakwahkan Islam pertama kali.

Jawab

Setelah melakukan pengkajian dan perenungan dengan beberapa sumber referensi buku mengenai pertanyaan yang ada, kami mendapati bahwa perjudian, mengundi nasib, dan syirik, dengan mensyakrakkan suatu tempat untuk meminta pertolongan atau wangsit. Semua hal ini sangat relevan dengan masalah social yang timbul pada zaman dakwah Islam pertama kali oleh Nabi Muhammad SAW.
Seperti contohnya saja di daerah kami, beberapa waktu lalu telah diselenggarakan kegiatan budaya yang diberi nama “Festival Serayu” oleh pemerintah kabupaten. Dalam pelaksanaan kegiatan ini terdapat satu agenda yaitu “larung serayu”  yang di dalamnya berupa pemberian sesembahan/sesajen untuk sungai serayu yang mengalir sepanjang daerah kami. Kegiatan ini tentunya tidak lepas dari campur tangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga dibuanglah hal yang bersifat klenik. Namun sayang, pada kesempatan kegiatan budaya yang lain yaitu “Dieng Culture Festival”  MUI sama sekali tidak mengambil andil dalam kegiatan tersebut.
Berbeda dengan yang lain yaitu adanya perbedaan status gender yang memunculkan pemikiran tentang kesetaraan, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat juga masih kerap dilakukan. Diantaranya, pelacuran, alkoholisme/pemabuk, dan adanya budaya materiil. Masyarakat juga masih banyak yang terikat dengan tahayul dan adat istiadat yang turun temurun contohnya saja, apabila kita tersesat di jalan, hendaknya baju dibalik. Inilah yang memunculkan adanya degradasi kehidupan social, pemaknaan terhadap suatu hal sering kali hanya sebatas makna harfiah saja. Jadi menurut saya pribadi, masalah-masalah sosial yang muncul sebenarnya hamper seruapa dengan masalah social yang muncul pada saat zaman Nabi Muhammad SAW.

Jumat, 05 September 2014

Pelik kehidupan di Yogyakarta

Ini cerita tentang pengalaman ane waktu pertama kali tiba di Jogja, Djogja, Yogyakarta buat nuntut ilmu di salah satu Perguruan Tinggi Negeri. Itung-itung sambil buat tugas sekaligus refleksi diri ngejar ambisi buat latihan nulis gitu. Meskipun rada gimana-gimana paling nggak ini awalnya berberapa tahun kedepan 0lewat blog ini  bisa dibandingin deh mana ane yang ingusan dan bisa nata pikiran kedepan. oke next langsung aja cekidot.


Pelik kehidupan di Yogyakarta
Menjadi mahasiswa aku anggap sebagai suatu tuntutan, namun juga status sosial. Pasalnya orang tuaku menginginkan anak-anaknya menuntut ilmu setinggi mugkin. Bukan hanya itu saja agamapun menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu. Karna dengan menuntut ilmu manusia akan diangkat derajatnya (baca Q.S Al Mujadalah :11). Terlepas dari hal itu semua , inilah kisahku. Seorang mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri Yogyakarta.
Suara azan subuh pagi itu terdengar samar-samar dan lebih merdu dari biasanya. Mungkin hanya perasaanku saja yang terbawa oleh suasana perpisahan. Aku tersadar, ini tanggal 17 Agustus 2014, tanggal yang tidak hanya bersejarah bagi Indonesia, namun juga bersejarah bagiku. Segera ku ambil air wudu dan kuputuskan untuk salat sendiri di rumah. Setelah salat kuperiksa checklist barang bawaan yang telah kupersiapkan semalam untuk antisipasi kalau-kalau ada barang yang tertinggal sebelum akhirnya mandi dan kemudian makan pagi.
Pagi itu, mentari telah menyelinap masuk melalui sela-sela ventilasi di ruang tamu seakan-akan siap menyambutku di alam luar sana. Ku buka pintu depan dan kukeluarkan sepeda motor untuk dipanasi. Kali ini aku dibuat takjub dengan pemandangan yang hampir tidak biasa. Desaku ini, bila digambar akan sama persis dengan gambaran yang dibuat saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Pemandangan persawahan yang di tumbuhi tanaman padi yang telah menguning, bukit-bukit yang mengelilingi desa dan dengan dua gunung Sindoro Sumbing serta lengkap dengan sinar mentari yang mengintip di kejauahan sana.
Alam yang sungguh indah luar biasa kaya raya. Masih dalam lamunan, tiba-tiba aku di kagetkan dengan kedatangan Malik, Sahabatku. Ia inilah yang akan menemani perjalananku, karena kebetulan ia juga telah diterima di salah satu perguruan tinggi Yogyakarta. “Wuiih, matahari 17 Agustus,” ucapnya sambil menepuk pundakku. “Iya lik, perjalanan kita ke Jogja nanti awal dari kisah panjang dan awal dari sebuah perjuangan, bagai Indonesia meraih kata merdeka,” ucapku meyakinkan diri. “Semoga saja demikian il, hidup itu tuntutan, entah akan dibawa kemana arah jalan hidup ini, ya kita yang menentukan,” terangnya dengan gaya khas Mario Teguh. “Super sekali sahabat,” ledekku dengan cengengesan. “Ayo lik kita persiapan, Yogyakarta sudah menanti.” “Ayo,” jawab seadanya. Setelah itu kami berpamitan dengan orang tuaku. Seperti selayaknya orang tua, akupun diberi wejangan singkat. Dan perpisahan itu ku akhiri dengan mencium tangan orang tuaku.
Berat rasanya jauh dari keluarga apalagi dituntut untuk beradapatsi di lingkungan baru. Paling tidak inilah yang aku rasakan saat kali pertama menginjakkan kaki di Yogykarta. Mulai dari hawa panasnya, jalan bagai labirin, polusi dan macet dimana-mana, hingga merasa tak betah berlama-lama di Jogja. Pernah ada satu kejadian yang membuat aku jengkel, ban sepeda motorku bocor dua kali dalam satu hari. Padahal ban sepeda motorku masih terbilang baru. Namun semua itu sirna dengan sendirinya. Keakraban mulai aku rasakan, dari masyarakatnya yang penuh dengan etika sampai terbiasa dengan masakannya.
Menjadi mahasiswa baru tentunya tidak lepas dari kegiatan orientasi pengenalan akademik atau yang biasa dikenal dengan ospek. Dengan segala macam tingkat keanehan namun masih dalam batas wajar ospek yang berlangsung selama 3 hari itu kadang membuat aku jengkel dengan berbagai tingkah laku para senior yang masuk kedalam kepanitiaan, terkadang pula membuat aku kagum dengan apa yang ada di perguruan tinggi.
Meskipun tidak mengenai sasaran secara tepat mengenai tujuan diselenggarakannya ospek, karena ada beberapa hal yang sedikit melenceng. Namun aku tetap salut dengan kerja keras para panitia. Terlepas dari hal itu, prosesi sebagai mahasiswa baru, ternyata belum berakhir. Kami masih dihadapkan dengan program sosialisasi pembelajaran (sospem).
Dalam kegiatan ini kami diberi gambaran, arahan, bimbingan dan kiat-kiat menjadi mahasiswa yang baik. Hingga mulailah masa-masa perkuliahan dimana baru pertama kali tatap muka dengan dosen kami langsung mendapatkan tugas pemanasan mengenai mata kuliah yang di ampu oleh masing-masing dosen. Meskipun agak menyusahkan, tapi ini merupakan bagian dari awal perjuangan.